Jumat, 04 Februari 2011

Mengalah tuk membangun kebersamaan dan meraih kemenangan

Dalam kehidupan yang terjadi pada saat ini pasti akan ada suatu perbedaan. Apalagi perilaku dan watak seseorang tak akan lepas dari bawaan dari lahir, lingkungan keluarga, lingkungan pendidikkan dan lingkungan pergaulan kita pada masa - masa kecil kita, bahkan pada saat masa kita mencari jati diri di usia masa peralihan dari anak - anak menuju remaja atau kedewasaan.
Beraneka ragam pergaulan dengan latar belakang ekonomi, sosial dan pendidikkan yang berbeda, maka akan berbeda pula dalam membentuk perilaku dan sikap kita sekarang ini ataupun kedepan. Suatu misal kehidupan kita dalam keluarga, disini kita akan bisa melihat perkembangan dan pola pikir anak. Keberadaan anak tunggal dengan anak yang banyak saudara, atau hanya dua bersaudara akan membentuk karakter yang berbeda pada anak.
Biasanya karakter anak tunggal dengan si bungsu tidak akan jauh berbeda, bisa dibilang hampir banyak mendapatkan persamaannya dalam hal bersikap dan berperilaku, misalnya lebih suka diperhatikan dalam segala hal, kurang dalam kemandirian, segala sesuatunya selalu minta dipenuhi dan sebagainya. Dan untuk si sulung selalu memiliki karakter yang bisa bertolak belakang dengan si bungsu,  seperti jiwa kepemimpinan, kemandirian, dan yang paling utama adalah berjiwa besar ( orang jawa bilang "Jembar Dadane lan Jembar Kaweruhne" ), dan masih banyak lagi yang lainnya. Sedangkan anak yang posisinya berada ditengah-tengah, biasanya memiliki karakter uswah, pembanding, pengayom, berjiwa besar dan pemikir.
Selain pembentukkan karakter dalam keluarga, bisa juga karakter akan terbawa dan terbentuk dalam lingkungan pendidikkan. Memang kita semua tahu tidak akan ada satu sekolah pun yang akan mencetak karakter anak yang tidak diharapkan oleh orang tua bahkan masyarakat luas. Tapi tidak akan kita pungkiri lagi perkembangan anak yang melalui pendidikan yang umum dengan yang bernuansa agama pasti akan membawa dan merubah karakter anak yang berbeda. Ini tidak akan jauh dengan pembentukkan karakter dalam pergaulan anak sehari - hari. Jika setiap hari anak-anak bergaul dengan anak-anak yang sholeh, Insya Allah akan menjadi anak yang sholeh juga, juga sebaliknya. Jadi dalam hal ini pendidikkan sejak dini dan pergaulan anak sampai usia remaja sangatlah rentan (dibaca: rawan) akan perkembangan dan pola pikir anak kedepan.
Tidak lepas dari kehidupan pembentukkan karakter diatas, kita semua akan tahu sikap dan perilaku orang-orang disekeliling kita. Ada yang mau minta menangnya sendiri, merasa dirinya sudah pintar, merasa dirinya yang paling berjasa [baca: orang lama / berpengalaman], merasa dirinya seorang atasan dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk sementara ini dalam menghadapi yang demikian itu lebih bijak lagi kalau kita menyikapi dengan cara mengalah. Yang bukan berarti kita kalah atau lemah, semuanya itu menjaga perasaan orang yang lebih tua dan lebih pengalaman dari kita, untuk membangun suatu kebersamaan dalam rangka meraih suatu kemenangan lahir dan batin kita. Atau bahkan kemenangan dunia dan akhirat kita.
Dalam mengambil sikap seperti mengalah maka kita harus banyak belajar dari filososfi tanaman padi, diam itu emas, aliran air dan cahaya lilin. Biarlah untuk sementara, orang lain boleh menilai kita itu lemah, tidak punya pendirian, bahkan yang lainnya. Tapi kita harus selalu tetap berjiwa besar dengan menunjukkan kemenangan didalam keharmonisan dalam perilaku kita sendiri maupun dalam berkelompok untuk selalu menjaga dan membangun suatu kebersamaan. Karena kita tahu, dengan bersama kita akan mudah mencapai suatu keberhasilan, kemenangan, dan keutuhan. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, menyapu dengan satu lidi hasilnya akan lebih bersih dengan menggunakan puluhan atau ratusan lidi.